Monday, November 21, 2016

Langkah Awal Membangun Pertanian Berkelanjutan



Populasi penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan pun meningkat. Pangan yang dibutuhkan tidak hanya kuantitas saja yang ditargetkan tetapi juga kualitas juga diperhitungkan. Kualitas produk pertanian khususnya pangan dapat dilihat dari segi keamanan dan kesehatannya. Kualitas pangan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang ada, karena hal ini terkait dengan gizi nya. Hal ini menyebabkan sektor pertanian menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah, bagaimana produk pertanian yang dihasilkan bisa mengcover seluruh kebutuhan penduduk di negeri ini, tentunya dengan kualitas produk yang bagus pula.


Tuntutan akan kebutuhan tersebut diatas, didukung dengan fakta tentang kelemahan dan kelebihan dari sistem pertanian konvensional yang selama ini berkembang di masyarakat, menjadi salah satu hal yang mendasari untuk mendapatkan sistem pertanian yang lebih meminimalisir dampak negatif dari sistem pertanian konvensional tersebut. (baca sistem: pertanian konvensional dan dampaknya). Sistem pertanian yang diharapkan adalah sistem pertanian yang tidak berdampak negatif bagi lingkungan atau dengan kata lain sistem pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu sistem pertanian yang harus menghasilkan produk pertanian yang terjamin kuantitas dan kualitasnya, terutama yang aman bagi kesehatan.


PERTANIAN BERKELANJUTAN  adalah solusi yang paling tepat. Ya, sistem pertanian tersebut adalah sistem pertanian yang lestari, ramah lingkungan, dan terjamin keberlanjutannya. Sistem pertanian tersebut meminimalisir dampak negatif dari proses produksi pertanian dengan mengurangi ketergantungan akan penggunaan input kimia yang berlebih. 

Konsep  dari sistem pertanian berkelanjutan juga mempertimbangkan hasil pertanian yang dicapai. Hasil produksi pertanian harus “aman” dari segi kuantitas dan kualitasnya. Dari segi kuantitas, hasil pertanian dari sistem pertanian tersebut harus mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat/penduduk. Dari segi kualitas, jelas sekali sistem pertanian berkelanjutan mengutamakan keamanan konsumen, maksudnya hasil pertanian tersebut harus sehat dan sedikit residu kimianya atau bahkan tidak ada. Dengan kata lain, sistem pertanian ini tidak hanya mengutamakan lingkungan saja tetapi juga aspek produk yang dihasilkan. 


Sebenarnya apa inti dari konsep pertanian berkelanjutan? Pertanian berkelanjutan mengusung konsep LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Konsep ini meminimalkan input dari luar, seperti pembatasan penggunaan pupuk kimia pabrik dan pestisida kimia. Konsep ini berorientasi pada tiga (3) aspek yang ingin dibangun yaitu healty people, healty plant dan healty soil



Yang pertama, healty people. Sangat jelas bahwa salah satu yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah jenis makanan yang dikonsumsi. Ketidaksehatan makanan yang dikonsumsi berawal dari bagaimana makanan itu diproduksi. Kualitas makanan baik nabati maupun hewani sangat dipengaruhi oleh bagaimana sistem produksi dalam menghasilkan makanan tersebut. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa semakin sedikit residu kimia pada suatu produk makanan khususnya yang berasal dari tanaman (nabati) maka semakin sehat dan bagus kualitas makanan tersebut.  Hal ini menjadi salah satu output yang ingin dicapai dalam sistem pertanian berkelanjutan.




Yang ke dua, healty plant . Tanaman yang sehat adalah tanaman yang tumbuh dengan subur dan aman dari gangguan hama dan penyakit tanaman. Tanaman yang sehat akan menghasilkan produk yang sehat, dan melimpah kuantitasnya. Tanaman sehat apabila hanya mengandung sedikit unsur toxic dalam tubuhnya, atau bahkan tidak ada. Untuk mendapatkan tanaman sehat, maka faktor produksi tanaman tersebut juga harus baik/sehat. 




Yang ke tiga, healty soil. Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang penting. Tanah merupakan pool hara bagi tanaman. Faktor produksi tanaman yang di dapat dari bawah permukaan (tanah) yaitu unsur hara dan air. Tanaman tidak dapat memilih dari sumber mana yang dia ambil, apakah dari organik atau kimia. Pemberian input kimia ke dalam tanah yang berlebih akan mempengaruhi aktivitas dan kelangsungan hidup organisme tanah. Pengaruh tersebut bisa berdampak pada kelimpahan organisme tersebut di dalam tanah. Perlu diingat, salah satu parameter kesehatan tanah adalah melimpahnya makro dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat. Selain dari aspek unsur hara tanaman, pengaruh pemberian input kimia yang berlebih juga berdampak pada kualitas air irigasi. Seperti yang kita tahu, air merupakan unsur tanaman yang sangat penting, hampir 90 % lebih tanaman terdiri dari air. Air yang tercemar otomatis akan mempengaruhi kesehatan tanaman dan produk yang dihasilkan.



Masih adakah manfaat lain dari sistem pertanian  berkelanjutan? JAWABANNYA ADA.




Secara ekonomi, produk tanaman yang sehat yang didapatkan dari sistem pertanian berkelanjutan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Keamanan produk terutama dari zat kimia adalah alasan utama tingginya harga produk pertanian. Contoh gampangnya, harga beras yang diproduksi secara organik dapat mencapai 2x lipat dari beras yang diproduksi secara konvensional, bahkan lebih. Sayuran organik juga menjadi salah satu tren hidup sehat yang sedang digalakkan oleh masyarakat nasional dan internasional, karena sudah diketahuinya dampak negatif dari produk yang tercemar/mengandung residu kimia. Tentunya, hal ini akan sangat menguntungkan petani apabila mampu mengusakan sistem pertanian berkelanjutan, yang salah satunya adalah sistem pertanian organik.



Lalu bagaimana kita bisa memulai sistem pertanian berkelanjutan tersebut? Bukankan input organik yang dibutuhkan lebih mahal???




Kesadaran akan kesehatan menjadi salah satu penggerak utama manusia untuk memulai bertani secara organik dan berkelanjutan. Dengan berbekal kesadaran tersebut, maka modal yang dikeluarkan untuk memulai tidak menjadi kendala karena melihat dampak positif yang lebih banyak dari sistem pertanian berkelanjutan, baik untuk tanaman, tanah dan terutama  bagi kesehatan manusia itu sendiri.




Pepatah orang jawa yang menyebutkan jer basuki mawa bea memang benar, segala usaha memang membutuhkan dana. Input organik tidak akan mahal apabila kita mampu memanfaatkan sumber daya lokal yang ada disekitar kita. Berbagai bahan untuk bertani organik sudah tersedia di alam sekitar kita. Tinggal bagaimana kita mengolah, menggunakan dan melestarikannya.



“SALAM LESTARI” DAN “SEMOGA BERMANFAAT”
 

2 comments: