Populasi penduduk yang
semakin meningkat menyebabkan kebutuhan pangan pun meningkat. Pangan yang
dibutuhkan tidak hanya kuantitas saja yang ditargetkan tetapi juga kualitas
juga diperhitungkan. Kualitas produk pertanian khususnya pangan dapat dilihat
dari segi keamanan dan kesehatannya. Kualitas pangan yang dikonsumsi akan
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang ada, karena hal ini terkait
dengan gizi nya. Hal ini menyebabkan sektor pertanian menjadi salah satu fokus
perhatian pemerintah, bagaimana produk pertanian yang dihasilkan bisa mengcover
seluruh kebutuhan penduduk di negeri ini, tentunya dengan kualitas produk yang
bagus pula.
Tuntutan akan kebutuhan
tersebut diatas, didukung dengan fakta tentang kelemahan dan kelebihan dari
sistem pertanian konvensional yang selama ini berkembang di masyarakat, menjadi
salah satu hal yang mendasari untuk mendapatkan sistem pertanian yang lebih
meminimalisir dampak negatif dari sistem pertanian konvensional tersebut. (baca sistem: pertanian konvensional dan dampaknya).
Sistem pertanian yang diharapkan adalah sistem pertanian yang tidak berdampak
negatif bagi lingkungan atau dengan kata lain sistem pertanian yang ramah
lingkungan. Selain itu sistem pertanian yang harus menghasilkan produk
pertanian yang terjamin kuantitas dan kualitasnya, terutama yang aman bagi
kesehatan.
PERTANIAN
BERKELANJUTAN adalah solusi yang paling
tepat. Ya, sistem pertanian tersebut adalah sistem pertanian yang lestari,
ramah lingkungan, dan terjamin keberlanjutannya. Sistem pertanian tersebut
meminimalisir dampak negatif dari proses produksi pertanian dengan mengurangi
ketergantungan akan penggunaan input kimia yang berlebih.
Konsep dari
sistem pertanian berkelanjutan juga mempertimbangkan hasil pertanian yang
dicapai. Hasil produksi pertanian harus “aman” dari segi kuantitas dan
kualitasnya. Dari segi kuantitas, hasil pertanian dari sistem pertanian
tersebut harus mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat/penduduk. Dari segi
kualitas, jelas sekali sistem pertanian berkelanjutan mengutamakan keamanan
konsumen, maksudnya hasil pertanian tersebut harus sehat dan sedikit residu
kimianya atau bahkan tidak ada. Dengan kata lain, sistem pertanian ini tidak
hanya mengutamakan lingkungan saja tetapi juga aspek produk yang dihasilkan.
Sebenarnya apa inti dari
konsep pertanian berkelanjutan? Pertanian berkelanjutan mengusung konsep LEISA
(Low External Input and Sustainable Agriculture). Konsep ini meminimalkan
input dari luar, seperti pembatasan penggunaan pupuk kimia pabrik dan pestisida
kimia. Konsep ini berorientasi pada tiga (3) aspek yang ingin dibangun yaitu healty people, healty plant dan healty soil.
Yang pertama, healty people. Sangat jelas bahwa salah
satu yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah jenis makanan yang dikonsumsi. Ketidaksehatan
makanan yang dikonsumsi berawal dari bagaimana makanan itu diproduksi. Kualitas
makanan baik nabati maupun hewani sangat dipengaruhi oleh bagaimana sistem
produksi dalam menghasilkan makanan tersebut. Seperti yang sudah disampaikan
sebelumnya, bahwa semakin sedikit residu kimia pada suatu produk makanan
khususnya yang berasal dari tanaman (nabati) maka semakin sehat dan bagus
kualitas makanan tersebut. Hal ini
menjadi salah satu output yang ingin dicapai dalam sistem pertanian
berkelanjutan.
Yang ke dua, healty plant . Tanaman yang sehat adalah
tanaman yang tumbuh dengan subur dan aman dari gangguan hama dan penyakit
tanaman. Tanaman yang sehat akan menghasilkan produk yang sehat, dan melimpah
kuantitasnya. Tanaman sehat apabila hanya mengandung sedikit unsur toxic dalam
tubuhnya, atau bahkan tidak ada. Untuk mendapatkan tanaman sehat, maka faktor
produksi tanaman tersebut juga harus baik/sehat.
Yang ke tiga, healty soil. Tanah merupakan salah satu
faktor produksi pertanian yang penting. Tanah merupakan pool hara bagi tanaman. Faktor produksi tanaman yang di dapat dari
bawah permukaan (tanah) yaitu unsur hara dan air. Tanaman tidak dapat memilih
dari sumber mana yang dia ambil, apakah dari organik atau kimia. Pemberian
input kimia ke dalam tanah yang berlebih akan mempengaruhi aktivitas dan
kelangsungan hidup organisme tanah. Pengaruh tersebut bisa berdampak pada
kelimpahan organisme tersebut di dalam tanah. Perlu diingat, salah satu
parameter kesehatan tanah adalah melimpahnya makro dan mikroorganisme tanah
yang bermanfaat. Selain dari aspek unsur hara tanaman, pengaruh pemberian input
kimia yang berlebih juga berdampak pada kualitas air irigasi. Seperti yang kita
tahu, air merupakan unsur tanaman yang sangat penting, hampir 90 % lebih
tanaman terdiri dari air. Air yang tercemar otomatis akan mempengaruhi
kesehatan tanaman dan produk yang dihasilkan.
Masih adakah manfaat lain
dari sistem pertanian berkelanjutan?
JAWABANNYA ADA.
Secara ekonomi, produk
tanaman yang sehat yang didapatkan dari sistem pertanian berkelanjutan
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Keamanan produk terutama dari zat kimia
adalah alasan utama tingginya harga produk pertanian. Contoh gampangnya, harga
beras yang diproduksi secara organik dapat mencapai 2x lipat dari beras yang
diproduksi secara konvensional, bahkan lebih. Sayuran organik juga menjadi
salah satu tren hidup sehat yang sedang digalakkan oleh masyarakat nasional dan
internasional, karena sudah diketahuinya dampak negatif dari produk yang
tercemar/mengandung residu kimia. Tentunya, hal ini akan sangat menguntungkan
petani apabila mampu mengusakan sistem pertanian berkelanjutan, yang salah
satunya adalah sistem pertanian organik.
Lalu bagaimana kita bisa
memulai sistem pertanian berkelanjutan tersebut? Bukankan input organik yang
dibutuhkan lebih mahal???
Kesadaran akan kesehatan
menjadi salah satu penggerak utama manusia untuk memulai bertani secara organik
dan berkelanjutan. Dengan berbekal kesadaran tersebut, maka modal yang
dikeluarkan untuk memulai tidak menjadi kendala karena melihat dampak positif
yang lebih banyak dari sistem pertanian berkelanjutan, baik untuk tanaman,
tanah dan terutama bagi kesehatan
manusia itu sendiri.
Pepatah orang jawa yang
menyebutkan jer basuki mawa bea memang
benar, segala usaha memang membutuhkan dana. Input organik tidak akan mahal
apabila kita mampu memanfaatkan sumber daya lokal yang ada disekitar kita. Berbagai
bahan untuk bertani organik sudah tersedia di alam sekitar kita. Tinggal bagaimana
kita mengolah, menggunakan dan melestarikannya.
“SALAM LESTARI” DAN “SEMOGA
BERMANFAAT”